DaerahManadoPolitik

Jacobus Minta Bawaslu dan KPU Tindaki Pelanggaran Pasal 71 Petahana Minut

Tim Kuasa hukum tiga partai pengusung MJP-CK Michael Jacobus SH MH, Jumat,(20/09/2024) pagi membawa laporan dugaan pelanggaran UU Pilkada pasal 71 ayat 2 bakal calon bupati Minut Petahana ke bawaslu Minut di dampingi pengurus partai pengusung.

Jacobus mengatakan, setelah membawa laporan ke KPU Minut dan Sulut, laporan yang sama dibawa ke Bawaslu Minut dan rencananya ke Bawaslu Sulut.
Ia mengatakan, substansi laporan adalah pelanggaran yang dilakukan balon bupati petahana yang akan ditetapkan sebagai calon bupati Minut.

“Pada masa tanggapan masyarakat sudah ada yang masyarakat yang membawa bukti pelanggaran ke KPU Minut, tapi kami juga sudah membawa laporan secara resmi ke KPU dengan substansi yang sama bahwa ada pelanggaran yang dilakukan petahana yang akan ditetapkan sebagai calon bupati Minut yang melanggar pasal 71 ayat 2,” ucap Jacobus yang tak lama lagi akan mendapat gelar doktoral hukum di Universitas Trisakti ini.

Lanjutnya, berdasarkan perbawaslu nomor 8 2020, bawaslu aktif sivatnya ketika mendapatkan temuan atau laporan ada pelanggaran.

“Berharap dengan adanya tembusan laporan pelanggaran ketika ada penetapan calon, bawaslu langsung secara aktif akan memproses pelanggaran, jadi tidak menunggu lagi laporan tapi langsung bekerja sesuai temuan atau tembusan laporan ini karena sudah dilengkapi dengan bukti-bukti.” Kata Jacobus.

Jacobus berharap, dengan ditetapkan bakal calon petahana sebagai calon, saat itu juga kewajiban bawaslu untuk menindaklanjuti temuan pelanggaran tersebut.

“Harapannya dengan adanya laporan ke KPU dan Bawaslu, agar KPU dan Bawaslu bisa berkordinasi lebih efisien dengan temuan atau laporan ini, karena ini sudah sangat jelas.” Kata Jacobus.

Jacobus juga menambahkan, pelanggaran yang dilakukan Joune Ganda selaku balon petahana tanggal 22 Maret 2024 sangat tidak mungkin menjadi sah ketika mendapatkan persetujuan Mendagri tanggal 10 Mei 2024.

“Begitu juga surat penegasan dari kemendagri bahwa membenarkan terjadi pelantikan tanggal 22 Maret 2024 dan dalam surat penegasan hanya menyebutkan pelantikan yang tidak bermasalah ketika setelah mendapatkan persetujuan Mendagri, itu sangat-sangat jelas. Masa pelantikan tanggal 22 Maret 2024 dan persetujuan 10 Mei 2024 dianggap sah, padahal bunyi UU Pilkada pasal 71 ayat 2 Secara normatif larangan itu tidak bisa dilanggar, namun dapat dikecualikan jika penggantian atau mutasi jabatan dilakukan SETELAH mendapat persetujuan dari Menteri Dalam Negeri, bukan lantik dulu baru minta persetujuan,”tutup Jacobus. (vil)

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *

Back to top button